Welcome...

Selamat datang di blog saya. Senang sekali ada yang mau berkunjung. Mencoba menjadi penulis yang baik. Menuliskan topik yang terjadi di sehari-hari berdasarkan pengalaman pribadi, lumayan panjang (walaupun capek mikir dan ngetik wakakaka...), inspiratif, informatif, dan tidak membosankan pembaca (karena saya males baca sebenarnya)... Semoga blog ini bermanfaat buat semua yang mampir. Terima kasih... :)

Thursday, March 8, 2012

Gajah Selalu Ingat

Beberapa waktu yang lalu ketika menginap di rumah salah seorang teman, aku menonton sebuah acara di TV. Acara itu menayangkan iklan-iklan lucu dari mancanegara. Di antara iklan-iklan tersebut terdapat sebuah iklan yang berjudul "Gajah Selalu Ingat". Iklan itu menceritakan tentang seekor gajah kecil yang diusili seorang bocah di sebuah kebun binatang. Beberapa tahun kemudian, bocah tersebut telah menjadi seorang pria dewasa yang sedang menonton karnaval. Tiba-tiba pria dewasa tersebut ditendang oleh seekor gajah yang badannya besar. Oh... Rupanya gajah itu adalah gajah kecil yang dulu diusili.

Aku ingin coba kembali ke masa kira-kira 22 tahun yang lalu. Dua puluh dua tahun yang lalu, aku berusia empat tahun. Pada usia itulah untuk pertama aku bertemu dengan Allah. Mengapa aku sebut pertama kali? Alasannya sangat sederhana, kedua orangtuaku bukan Kristen karena itulah aku tidak pernah dididik secara Kristen. Aku bisa menceritakan tahun-tahun kehidupanku yang jatuh bangun. Suatu masa yang penuh pemberontakan terhadap Allah yang bagi konselor-konselor, guru Injil, pendeta, apapun sebutannya itu mungkin orang seperti aku sudah tidak berpengharapan lagi. Tapi syukurnya Allahku adalah Allah yang selalu ingat. Ketika aku sudah tidak berpengharapan lagi, Dia tetap ingat padaku.

Berbicara soal ingat, kemarin aku chatting dengan seorang teman. Aku memberitahukan pada teman tersebut bahwa hari ini ada teman kami yang berulangtahun. Teman tersebut mengatakan bukannya dia berulangtahun minggu depan? Aku jawab, "Bukan. Dia berulangtahun hari ini." Selanjutnya aku berkata pada teman tersebut, "Jangan bilang ultah pacarmu saja kamu lupa." Teman tersebut menjawab, "Tentu saja tidak dong."

Ingatan erat kaitannya dengan peristiwa yang telah terjadi. Mengingat sesuatu disebut memorize. Seorang dosen Biokimia pernah berkata pada suatu sesi kuliah mengenai cara membuat pelajaran Biokimia menjadi menarik yakni dengan mengingat peristiwa-peristiwa menarik atau penting yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Dosen Biokimia tersebut mungkin ada benarnya. Manusia memang mempunyai kecenderungan seperti itu. Mengingat hal-hal yang penting, mengingat hal-hal yang menarik bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan pun seringkali diingat. Jujur pada diri sendiri, kita sering lebih mengingat orang berlaku jahat pada kita ketimbang orang yang berbuat baik pada kita. Hal tersebut menjadi latar belakang kata, "balas dendam", bukankah seperti itu?

Topik ini jika dibahas akan panjang sekali dan sangat besar kemungkinan akan melebar ke mana-mana. Point yang sebenarnya ingin kuangkat adalah bagaimana "Forgive, Forgotten, and Move On". Aku juga ingin menyampaikan bahwa Allah itu baik adanya. Dia mungkin akan selalu ingat, tapi tidak seperti gajah tadi yang ingat karena ingin balas dendam. Allah itu selalu ingat pada kita walaupun kita seringkali lupa pada-Nya. Allah selalu ingat hal-hal yang baik yang ada pada diri kita. Bisakah kita juga seperti itu? Bisakah kita menyimpan semua ingatan yang baik mengenai sesama kita? Oh... Aku jujur masih bergumul mengenai hal tersebut karena aku ini seorang pendendam. Percayalah akan hal itu... Selamat berefleksi temans......

Sunday, March 4, 2012

Behind The Scene


Dua hari belakangan ini aku sedang asyik-asyiknya menonton sebuah drama serial Taiwan judul Hi My Sweetheart. Dalam sebuah episode dikisahkan mengenai tokoh utama wanita Chen Bao Zhu dituduh melakukan plagiat tugas teman sekelasnya oleh dosennya. Chen Bao Zhu merasa tidak perlu membela diri atas tuduhan tersebut walaupun sebenarnya dia tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan padanya itu. Alasan Chen Bao Zhu tidak membela diri disebabkan dia merasa tidak seorang pun yang menyayangi dirinya dan mempercayainya sehingga mau menjadi temannya. Beberapa tahun sebelumnya saat dia masih duduk di bangku SMA, dia pernah dituduh mencuri. Tuduhan tersebut terbukti benar dengan ditemukanya jam tangan yang hilang di dalam tasnya. Begitupula ketika tuduhan bahwa dia matrealistis karena mencampakkan pacarnya yang tiba-tiba jatuh miskin (alasan dia mencampakkan pacarnya tersebut akibat tekanan dari mamanya yang tidak menginginkan nasib anaknya seperti dirinya yang menderita menikah dengan orang miskin). Dengan latar belakang seperti itulah menyebabkan semua orang tidak percaya pada dirinya termasuk teman dekatnya sendiri, Lin Da Lang. Akhirnya terungkaplah kebenaran bahwa yang plagiat sebenarnya bukan dirinya melainkan orang lain.
           
Pernahkah kamu menonton sebuah film atau pertunjukkan? Tentu saja pernah bukan. Pernahkah kamu menyaksikan sebuah pertandingan olahraga dan merasa atlet yang berlaga itu hebat sekali? Ketika melihat sesuatu atau kejadian di depan mata kita pernahkah kita berpikir mengenai latar belakang di baliknya? Film yang bagus pun mengalami proses editing, pengambilan adegan yang sama berulang kali, pemain film pun bisa salah mengucapkan dialog. Dibalik kehebatan atlet, ada keuletan berlatih berkali-kali.

Seperti Lin Da Lang dalam serial tersebut yang tidak mempercayai Chen Bao Zhu, kita bahkan aku sendiri seringkali dengan begitu mudahnya menjatuhkan vonis bersalah pada orang lain tanpa pernah betul-betul paham dengan alasan dibaliknya.
           
 Seorang teman pernah berkata demikian padaku, “Bersikap netral.” Mungkin sebaiknya itu yang perlu kita lakukan ketika menghadapi sebuah situasi. Tidak cepat menghakimi namun tidak mudah pula untuk membela. Selain itu hal yang paling esensial yang ingin aku tambahkan di sini adalah “Mengasihi.” Mengasihi ini bisa dalam bentuk memberikan kesempatan untuk menjelaskan atau kesempatan membela diri. Mengasihi juga bisa diterapkan sebagai pemberian kesempatan kedua atau kesempatan memperbaiki kesalahan. Jika Allah saja bisa mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan berulang-ulang kali, masa kita sebagai manusia yang telah diampuni dosanya tidak bisa melakukan hal yang sama?