Hembusan angin yang beberapa waktu belakangan ini terasa dingin meremukkan tulang, malam ini terasa hangat. Aliran hangat tersebut menemaniku dalam perjalanan pulang dari klinik menuju ke rumah. Berbagai macam hal berkeliaran liar dalam benakku. Ada dua hal yang menggangguku belakangan ini.
Seorang teman berkata padaku, "Ada dua hal yang tidak boleh didoakan untuk pasangan hidup. Pertama, tidak seiman. Kedua, sudah punya pacar/tunangan." Perkataan ini mengganggu sekali. Aku tahu merupakan hal yang salah apabila mendoakan pacar/tunangan orang lain, dan sudah berusaha untuk merelakannya tapi bagaimana caranya mengkompromikan pikiran dan perasaan? Dia sudah tidak pernah lagi kusebut dalam setiap doa-doaku. Sekali-sekali dia muncul dalam setiap lamunanku tanpa bisa dicegah.
Hari ini di gereja untuk kesekian kalinya aku mengajar sekolah minggu kelas remaja. Hari ini kami belajar mengenai "Hal Mengikut Tuhan." Sungguh... Pelajaran ini menohok tepat di jantungku. Terasa sakit. Tuduhan-tuduhan pun kembali menderaku karena selama ini ternyata aku masih naik turun dalam ikut Tuhan. Aku masih belum konsisten/disiplin ikut Tuhan. Masih banyak penyangkalan diri yang aku harus lakukan. Masih banyak salib yang yang harus aku pikul. Masih banyak kebiasaan buruk yang harus aku tinggalkan.
Perjalanan dari klinik terasa singkat. Tetesan air perlahan berjatuhan dari langit. Mungkinkah ini hanya ilusi semata. Seperti juga ilusi bahwa sebenarnya dia pun punya perasaan sama kepadaku. Bukan sekedar memberi harapan yang tidak pernah menjadi nyata. Seperti komitmen-komitmen yang aku nyatakan kepada Tuhan. Apakah aku juga memberikan harapan palsu kepada-Nya? Apakah aku pun sama sepertinya?
Peluh membasahi sekujur tubuhku terasa ketika aku memarkirkan sepeda di tempat penyimpanan sepeda. Bersama-sama dengan keempat sepeda lainnya, dia akan menghabiskan malam bersama dengan aman karena kukunci sebelum memasuki rumah. Mandi. Itulah yang akan kulakukan selanjutnya.
Tubuhku telah disegarkan dengan sejumlah air yang tidak seberapa di bak mandi akibat kelangkaan air di rumah ini. Ketika aku menulis blog ini, aku mendengar tetesan-tetesan air turun deras dari langit membasahi tanah yang memberi kehidupan kepada pohon-pohon yang menghijau di Gunung Palung.
Oh ternyata aku tidak menghayal. Hujan ini bukanlah ilusi. Aku pun berharap yang terjadi antara aku dan kamu bukanlah ilusi. Aku berharap apa yang terjadi antara aku dan Tuhan pun bukanlah ilusi.