Hari Minggu kemarin aku naik angkot 06 dari Pasar Kramat Jati menuju ke Terminal Kampung Melayu. Setelah itu nyambung angkot M01 atau M01A ke daerah Senen lalu dilanjutkan dengan M12 menuju ke Golden Truly. Rencananya hari itu mau rapat Kamp Medis Nasional XVIII di Pintu Air. Saat itu aku duduk di depan, samping sopir angkot.
Di daerah Bidara Cina, naiklah dua orang pengamen. Sejujurnya kadang aku tidak suka dengan pengamen-pengamen tersebut karena sudah suaranya pas-pasan bahkan jelek dan nyanyi pun asal-asalan kadang suka ngotot/maksa untuk diberi imbalan. Kalau suaranya bagus atau niat nyanyi pasti aku kasih. Hari itu entah kenapa aku tiba-tiba berbaik hati untuk memberi walaupun suara mereka sangat amat jelek. Setelah tiba di Terminal Kampung Melayu, tiba-tiba amplop imbalan itu ditarik lalu mereka memaki-maki dengan kata-kata kotor dan tidak sepantasnya diucapkan. Terkejut mendengar kata-kata yang diucapkan secara spontan aku menoleh ke luar jendela untuk melihat siapa sih pengamen-pengamen itu. Alangkah terkejutnya aku melihat kalau pengamen-pengamen tersebut usianya masih cukup kecil sekitar 7-8 tahun. Gila... Anak-anak sekecil itu sudah bisa mengeluarkan kata-kata kotor seperti itu. Setelah kupandangi dengan seksama lagi, ternyata mereka anak yang sama yang kutemui beberapa waktu lalu di angkot. Waktu itu tindakan mereka lebih ekstrim lagi. Meludahi penumpang. Sudah diberi masih pula memaki. Buset da...
Dalam perjalanan menuju ke Pintu Air, aku merenungkan kejadian tadi. Aku memperoleh beberapa pengajaran dari kejadian tadi... Seringkali...
Dalam hubunganku dengan Bapa di surga, orang-orang lain di sekelilingku, aku pun kerap kali melakukan hal yang sama. Aku seringkali mendukakan mereka dengan kata-kata atau perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya aku katakan atau lakukan. Seringkali aku berpikir...
AKULAH YANG TERUTAMA
AKULAH YANG HARUS DIPRIORITASKAN
AKULAH YANG PALING HEBAT
POKOKNYA
AKULAH YANG TER-...
AKULAH YANG PALING...
AKULAH PUSAT DUNIA...
Jika dipikir ulang lagi. Sungguh aku seperti pengamen-pengamen itu. Tidak tau diri banget. Tidak tau berterima kasih.
Allah sudah begitu baik sama aku.
Papa mama sudah begitu baik sama aku...
Adik-adik sudah begitu baik sama aku...
Teman-teman sudah begitu baik sama aku...
Orang lain yang tidak kukenal sudah bersikap baik sama aku...
Namun aku tidak pernah bersyukur
Tidak pernah berterima kasih
Bukan
Bukan akulah yang terutama.
Bukan untuk itulah aku diciptakan...
Aku diciptakan untuk...
"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Matius 22:37-40
Harusnya seperti itulah kita hidup...
Di daerah Bidara Cina, naiklah dua orang pengamen. Sejujurnya kadang aku tidak suka dengan pengamen-pengamen tersebut karena sudah suaranya pas-pasan bahkan jelek dan nyanyi pun asal-asalan kadang suka ngotot/maksa untuk diberi imbalan. Kalau suaranya bagus atau niat nyanyi pasti aku kasih. Hari itu entah kenapa aku tiba-tiba berbaik hati untuk memberi walaupun suara mereka sangat amat jelek. Setelah tiba di Terminal Kampung Melayu, tiba-tiba amplop imbalan itu ditarik lalu mereka memaki-maki dengan kata-kata kotor dan tidak sepantasnya diucapkan. Terkejut mendengar kata-kata yang diucapkan secara spontan aku menoleh ke luar jendela untuk melihat siapa sih pengamen-pengamen itu. Alangkah terkejutnya aku melihat kalau pengamen-pengamen tersebut usianya masih cukup kecil sekitar 7-8 tahun. Gila... Anak-anak sekecil itu sudah bisa mengeluarkan kata-kata kotor seperti itu. Setelah kupandangi dengan seksama lagi, ternyata mereka anak yang sama yang kutemui beberapa waktu lalu di angkot. Waktu itu tindakan mereka lebih ekstrim lagi. Meludahi penumpang. Sudah diberi masih pula memaki. Buset da...
Dalam perjalanan menuju ke Pintu Air, aku merenungkan kejadian tadi. Aku memperoleh beberapa pengajaran dari kejadian tadi... Seringkali...
Dalam hubunganku dengan Bapa di surga, orang-orang lain di sekelilingku, aku pun kerap kali melakukan hal yang sama. Aku seringkali mendukakan mereka dengan kata-kata atau perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya aku katakan atau lakukan. Seringkali aku berpikir...
AKULAH YANG TERUTAMA
AKULAH YANG HARUS DIPRIORITASKAN
AKULAH YANG PALING HEBAT
POKOKNYA
AKULAH YANG TER-...
AKULAH YANG PALING...
AKULAH PUSAT DUNIA...
Jika dipikir ulang lagi. Sungguh aku seperti pengamen-pengamen itu. Tidak tau diri banget. Tidak tau berterima kasih.
Allah sudah begitu baik sama aku.
Papa mama sudah begitu baik sama aku...
Adik-adik sudah begitu baik sama aku...
Teman-teman sudah begitu baik sama aku...
Orang lain yang tidak kukenal sudah bersikap baik sama aku...
Namun aku tidak pernah bersyukur
Tidak pernah berterima kasih
Bukan
Bukan akulah yang terutama.
Bukan untuk itulah aku diciptakan...
Aku diciptakan untuk...
"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Matius 22:37-40
Harusnya seperti itulah kita hidup...
Thank you sudah berbagi..:D. Ngomong2 kalau liat pengamen lagi, apalagi masih anak-anak jangan dikasih ya. Soalnya itu malah jadi reward mereka. Makin banyak mereka dikasih, makin sering mereka ke jalanan dan itu ga baik buat mereka. hehhehe...just info. :p
ReplyDeleteAku pernah jd tim medis d jambore anak dan ngajar anak2 jalanan. Jd sebenarnya cukup ngerti lha dikit. Sebenarnya tdk smua mrk jahat2. Kondisi m'buat mrk spt itu. Yg mrk butuhkan sebenarnya KASIH dan AKSES. Klo misalnya nyanyinya ok, sopan, y akan diberi. Hehehe...
ReplyDelete