Welcome...

Selamat datang di blog saya. Senang sekali ada yang mau berkunjung. Mencoba menjadi penulis yang baik. Menuliskan topik yang terjadi di sehari-hari berdasarkan pengalaman pribadi, lumayan panjang (walaupun capek mikir dan ngetik wakakaka...), inspiratif, informatif, dan tidak membosankan pembaca (karena saya males baca sebenarnya)... Semoga blog ini bermanfaat buat semua yang mampir. Terima kasih... :)

Saturday, July 7, 2012

Ketika Aku Mulai Terlalu Banyak Mengeluh

Sudah sebulan ini aku mempunyai "suami". Suami dalam tanda kutip karena sebenarnya dia itu adikku yang dipikir oleh dokter, perawat, dan juga pengunjung lain di rumah sakit sebagai suamiku. Nah "suami"ku ini benar-benar bikin pusing karena dia sangat rewel. Semua hal yang tidak kuinginkan dimiliki oleh "suami beneran"ku nanti dia miliki. Semua hal yang tidak ingin "suami beneran"ku lakukan dia lakukan. Bener-bener menguras emosi menghadapinya. Dan selama beberapa waktu belakangan ini aku jadi dongkol. Mengomel dalam hati. Yah cuma bisanya mengomel dalam hati karena aku tidak berani mengomel langsung ke orangnya. Tujuannya yah tentu saja untuk menghindari konflik.

Hari ini ntah kenapa ketika sedang capek-capeknya setelah membersihkan dapur. Menunda membersihkan kamar mandi dan halaman. Tiba-tiba aku diingatkan mengenai "kehidupan pernikahan"ku kelak. Pernikahan memerlukan usaha. Diperlukan kerja keras dan komitmen untuk menjadikannya berhasil. Ketika aku mengatakan aku mencintai suamiku, apakah aku benar-benar mencintainya? Apakah aku bisa menunjukkan cintaku padanya dengan keluhan-keluhan? Dengan kemarahan? Dengan omelan? Tentu saja tidak... Seharusnya aku mencintainya seperti aku mencintai diriku sendiri. Dia bukan bagian dari diriku sendiri melainkan adalah diriku sendiri. Jadi jika aku mencintai diriku sendiri. Jika aku memperlakukan diriku sendiri dengan baik. Apakah aku akan memperlakukan dia dengan tidak baik? Tentu saja tidak...

Pada saat itu aku diingatkan mengenai wanita yang terdapat dalam Amsal 31:10-31 tentang Puji-Pujian Untuk Istri Yang Cakap

Ayat 10: Istri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata
Ayat 11: Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan
Ayat 12: Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya
Ayat 13: Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya
Ayat 14: Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya
Ayat 15: Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan
Ayat 16: Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya
Ayat 17: Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.
Ayat 18: Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam
Ayat 19: Tangannya ditaruh pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal
Ayat 20: Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.
Ayat 21: Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seisi rumahnya berpakaian rangkap
Ayat 22: Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya.
Ayat 23: Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri
Ayat 24: Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang
Ayat 25: Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan
Ayat 26: Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya
Ayat 27: Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.
Ayat 28: Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia:
Ayat 29: Banyak wanita yang telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.
Ayat 30: Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji.
Ayat 31: Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!

Membaca isi Amsal ini, aku sadar aku masih banyak kekurangan. Masih banyak hal dari diriku yang harus ditambahkan untuk menjadi "Istri" baik istri buat Allah maupun suami di dunia. Menjadi seorang istri yang baik perlu kerja keras. Dia harus menjadi orang yang bisa melakukan segalanya. Dia harus bisa menjadi segalanya.

Kadang aku berpikir lebih enak jadi pria dibandingkan wanita. Namun pemikiran itu diubahkan. Keberadaan wanita dibutuhkan untuk menjadi penolong bagi pria. Wanita diperlukan untuk menjaga rumah agar tetap nyaman. Wanita diperlukan untuk mengasuh anak-anak. Wanita perlu menjadi kuat.

Wanita-wanita Allah adalah wanita-wanita yang kuat. Wanita-wanita Allah adalah wanita-wanita perkasa. Wanita-wanita Allah adalah harta kekayaan Allah yang melebihi permata. Wanita-wanita Allah adalah wanita yang memuliakan Allah dan menjadi kebanggaan suaminya dan anak-anaknya.

Wanita... 

Wednesday, July 4, 2012

Ketika Jatuh Dari Motor

Dua tiga hari ini aku ngobrol secara cukup mendalam dengan beberapa orang. Tidak tahu mengapa topik obrolan tersebut mengingatkanku akan pengalaman dulu. Apa yang terjadi?

Hampir empat bulan yang lalu seorang teman dekat menikah dan aku diundang. Prosesi pernikahannya dilangsungkan di Makassar. Walaupun lumayan jauh, aku memutuskan untuk menghadiri pernikahannya sekaligus menyempatkan diri pulang. Selama di rumah, aku sering sekali mendesak adik untuk mengajariku naik motor. Mengapa aku ingin belajar naik motor? Menurut seorang teman, ketika PTT nanti transportasi yang paling banyak digunakan adalah sepeda motor. Kalau ingin PTT, harus belajar naik motor.

Sebenarnya setahun yang lalu aku pernah belajar. Waktu itu aku yakin cukup mampu mengendarainya. Pertama kali belajar aku langsung bisa dan tidak pernah jatuh. Semakin banyak latihan semakin sempurna bukankah demikian? Walaupun merasa cukup yakin bisa, namun aku tetap ingin mencoba karena selama di Jakarta aku sama sekali tidak pernah mengendarai motor sendiri. Akhirnya aku mendesak adikku untuk mengizinkanku mencoba. 

Pada waktu yang disepakati bersama dengannya aku mengendarai sepeda motor. Awalnya semua berjalan dengan lancar namun ketika tiba di belokan berpasir tiba-tiba dia membuat aku panik dengan berseru berkali-kali. Dia menyerukan agar aku menurunkan gigi dan gas. Akibatnya aku sulit berkonsentrasi dan akhirnya hampir menabrak. Sebelum menabrak, aku menjatuhkan motor ke kanan. Kami berdua jatuh bersamaan. Motor lecet, untungnya tidak rusak. Lutut, siku dan jari-jari kakiku berdarah. Sakit sekali. Aku sudah menangis kecil menahan sakit. Selama beberapa waktu luka tersebut berdarah dan terasa sakit. Selain berdarah, luka tersebut membuatku sulit untuk menekuk kaki. Luka-luka tersebut meninggalkan bekas hingga sekarang.

Terus... Apa hubungannya antara obrolan masa kini dengan kejadian aku jatuh dari motor empat bulan yang lalu?

Hidup menuntut kita untuk melakukan semua hal dengan kecepatan penuh. Berlomba-lomba untuk mencapai target. Aku pun sadar apabila tidak melaju dengan cepat kita akan tertinggal. Namun bagaimana jika kita tidak siap untuk melaju dengan kecepatan maksimum? Apalagi ditambah suara-suara yang memecah konsentrasi. Kita menjadi panik dan akhirnya jatuh. Menyakitkan dan meninggalkan bekasnya.

Beberapa waktu lalu aku pernah membaca buku yang judulnya aku lupa. Buku itu menceritakan tentang kehidupan atlet dan artis yang kariernya terlalu cepat melonjak sehingga mengakibatkan mereka menjadi kaget. Mereka tidak sanggup untuk menghadapi perubahan-perubahan yang ada serta tuntutan yang menyertai. Akibatnya mereka terjebak dalam popularitas. Minuman keras, kehidupan seksual bebas yang tidak terkendalikan serta obat-obatan terlarang. Popularitas malah menghancurkan hidup mereka.

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Pengkotbah 3:1

Aku tahu ambisi, cita-cita itu baik adanya namun semua itu ada waktunya. Mari kita menyerahkan segala sesuatu kepada Dia, Sang Penentu untuk menetapkan. Biarkan Dia mengambil alih hidup kita. Kita berjalan sesuai dengan tuntunan-Nya.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11