Welcome...

Selamat datang di blog saya. Senang sekali ada yang mau berkunjung. Mencoba menjadi penulis yang baik. Menuliskan topik yang terjadi di sehari-hari berdasarkan pengalaman pribadi, lumayan panjang (walaupun capek mikir dan ngetik wakakaka...), inspiratif, informatif, dan tidak membosankan pembaca (karena saya males baca sebenarnya)... Semoga blog ini bermanfaat buat semua yang mampir. Terima kasih... :)

Saturday, July 31, 2010

Jesus Said...

If you never felt pain,
How would you know that I’m a Healer?

If you never went through difficulties,
How would you know that I’m a Deliverer?

If you never had a trial,
How could you call yourself an Over comer?

If you never felt sadness,
How would you know that I’m a Comforter?

If you never made a mistake,
How would you know that I’m forgiving?

If you knew all,
How would you know that I will answer your question?

If you never were in truoble,
How would you know that I will come to your rescue?

If you never were broken,
Then how would you know that I can make you whole?

If you never had any suffering,
Then how would you know that I went through?

If you never had problem,
How would you know that I can solve them?

If you never went through the fire,
Then how would you become pure?

If I give you all things,
How would you appreciate them?

If I never corrected you,
How would you know that I love you?

If you had all power,
Then how would you learn to depend on Me?

If your life was perfect,
Then what would you need Me for?

Unknown Author

Dua Benang Rajut

Sebenarnya tulisan ini adalah postingan dari blogku sebelumnya di friendster yang telah diedit sedemikian rupa sehingga menjadi lebih menarik dan mudah dimengerti.

Sungguh mengejutkan bahwa aku bisa merajut. Mengapa aku katakan itu luar biasa? Karena sebelumnya setiap kali aku belajar keterampilan tangan pastilah hasilnya kacau. Ketertarikanku merajut dimulai saat melihat seorang adik kelas yang sedang merajut. Lalu aku bertanya padanya. ”Di mana kamu belajar merajut?”

Benang pertama yang kugunakan untuk merajut berwarna kuning. Aku menyukai warna itu. Menurutku benang kuning itu ukurannya besar dan teksturnya agak kasar (maafkan aku benar-benar masih pemula sehingga tidak tahu apa-apa sama sekali). Oiya, aku lupa mengatakan bahwa aku diajar merajut oleh penjaga toko tempatku membeli benang. Dia mengajariku membuat syal. Dengan penuh kegairahan, aku merajut hingga benangnya habis. Walaupun benangnya sudah habis namun panjang syal yang aku inginkan belum tercapai.

Suatu ketika, aku berjalan-jalan ke sebuah toko buku. Waktu itu entah mengapa aku menuju ke bagian kerajinan tangan. Di sana aku menemukan buku membahas mengenai bagaimana merajut yang menurutku cara menyajikannya sederhana (Aku bukan orang yang pandai mengikuti instruksi. Untuk melakukan sesuatu aku harus melihat langsung pembuatannya bukan dengan hanya mambaca lalu mengikuti petunjuk). Karena itulah aku langsung membeli buku tersebut.

Setelah membeli buku tersebut, aku menuju ke toko yang menjual benang rajut. Di sana benang yang aku inginkan tidak ada lagi. Pilihan warna di sana juga tinggal sedikit. Lama sekali aku bimbang. Bingung memutuskan harus membeli benang warna apa. Kuning cocoknya dengan warna apa ya? Setelah berpikir akhirnya aku memutuskan membeli benang warna biru. Aku selalu menyukai kombinasi biru-kuning.

Setibanya di kos, aku membandingkan kedua benang tersebut. Ternyata benang yang aku beli itu teksturnya tidak sama dengan benang yang kugunakan sebelumnya walaupun mempunyai merek yang sama. Benang biru itu teksturnya lebih halus dan ukurannya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan yang kuning.

Menurutku syal yang telah dibuat tadi jelek. Kerena itu aku memepaskan jalinan-jalinan benang. Aku berencana membuat ulang syal tersebut. Benang biru dan kuning itu aku kombinasikan sehingga walaupun tidak sama, salah satunya jelek, namun memberikan hasil yang bagus.

Melihat hal itu, membuatku berpikir. Hampir semua orang mencari pasangan yang sama persis seperti dirinya. Mempunyai hobi yang sama. Menyukai makanan yang sama. Memang komunikasi terbentuk karena terdapat suatu minat yang sama. Namun jika persis sama, bukankah itu sungguh membosankan? Tidak ada sesuatu baru yang dapat kita pelajari dari pasangan.

Seperti benang tadi, walaupun berbeda namun keduanya saling melengkapi. Tidak ada yang melihat benang kuning jelek atau benang biru bagus. Yang terlihat adalah sebuah syal yang indah.

Friday, July 30, 2010

Saat Kau Merasa Lelah

Kelelahan. Itulah perasaan yang pertama kali aku rasakan begitu masuk ke dalam bis. Aku baru tidur ketika azan subuh dikumandangkan. Akhir-akhir ini memang siklus tidurku mengalami gangguan. Sebelum tidur, aku menyetel alarm yang menurutku tidak banyak berguna. Alarm ponselku memang rada aneh. Dia suka berbunyi pada waktu yang berbeda dengan yang telah diatur. Karena itulah, aku berkata pada diri sendiri. "Kamu harus bangun sebelum pukul sembilan." Mengapa pukul sembilan? Karena pada jam segitu aku harus menghubungi dosen untuk menanyakan kepastian waktu dan tempat untuk briefing.

Bermacam-macam rencana sudah aku buat untuk hari ini. Mulai dari ke kost teman mengambil oleh-oleh, tandatangan absen, minta tanda tangan koordinator bagian, mencari kost serta menitip ransel ke teman di Lippo Karawaci.
Ransel yang kubawa berisi pakaian, peralatan mandi dan make up. Ini adalah senjataku untuk hidup selama seminggu penuh ke depan. Coba kamu bayangkan betapa beratnya ransel itu. Mungkin beratnya tidak akan terasa jika jarak yang kau tempuh untuk membawanya itu dekat, tidak ditambah dengan udara yang panas, macet, dan polusi. Sayangnya jarak yang harus kutempuh bersama ransel itu tidak dekat. Kami memulai perjalanan menggunakan mikrolet dari Pasar Kramat Jati menuju ke Kampung Melayu. Dari Kampung Melayu perjalanan diteruskan ke Terminal Senen serta berakhir di Lippo Karawaci. Diperburuk oleh kondisi Jakarta siang hari ini tidak bersahabat.

"Tuhan, hari ini aku lelah sekali." Kalimat itulah yang kuucapkan dalam hati. Aku butuh kenyamanan. Sebuah bahu yang kuat untuk tempatku bersandar juga tenggaman tangan yang lembut. Ketika tiba di rumah aku menginginkan sambutan hangat berupa senyuman manis dan pelukan sayang.

Entah mengapa seketika itu aku teringat pada ayat ini. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11:28

Kemudian aku juga teringat akan sebuah peristiwa aneh yang pernah kualami. Hari itu aku sangat lelah sama seperti sekarang. Sebelum tidur, aku berdoa. Aku bilang ke Tuhan. "Tuhan, hari ini aku capek banget. Maukah Kau memelukku saat tidur?" Sungguh suatu hal luar biasa terjadi. Aku bermimpi dipeluk Tuhan. Anehnya pada saat bangun keesokan harinya, aku merasa telah dipeluk oleh seseorang ketika sedang tidur.

Ransel itu ibarat beban kehidupan yang kita tanggung. Berisi masalah-masalah dalam hidup seperti: keluarga, keuangan, karier, dan lain sebagainya. Kita merasa lelah dengan semuanya itu. Saat merasa lelah, kau bukan hanya butuh mandi berendam yang lama, minum segelas susu hangat, ataupun tidur yang lama. Kau membutuhkan sebuah ucapan lembut :
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11:28.

Saat itu juga aku merasa Tuhan membuat suasana menjadi teduh, tenang, dan damai. Aku pun bisa menikmati perjalanan.
Melihat kerlipan cahaya lampu yang berwarna-warni. Arus lalu lintas yang relatif lancar. Tidak terdengar bising kendaraan yang berlalu lalang. Yang terdengar hanyalah nyanyian sumpang yang dilantunkan oleh pengamen. Aku bisa bernafas lega sekaligus mata bisa diistirahat sejenak karena tidak terhalang oleh polusi asap. Hmm... Aku menyukai hempusan semilir angin yang menerbangkan helaian-helaian rambutku melalui jendela yang dibuka setengah. Rasanya menyenangkan. Menenangkan. Itulah yang aku rasakan dalam bis yang melaju dari Lippo Karawaci menuju ke Terminal Senen.

Penulis : Tidak Hanya Menulis

-->
Aku sudah menulis bertahun-tahun yang lalu. Kebiasaan menulisku sudah dimulai sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Kelas berapa tepatnya aku lupa. Kebiasaan tersebut awalnya muncul sejak aku mulai membaca sebuah majalah anak-anak. Aku sangat suka membaca majalah tersebut dan berharap pada suatu waktu bisa mengirimkan karyaku ke sana. Dari hanya sekedar ingin mengirimkan karya, lambat laun kegairahan menulis semakin bertambah.
Jika mengenalku sekarang, tidak ada seorang pun yang menyangka dulunya aku seorang yang melankolis. Tidak bisa mengutarakan apa isi hati dan pikirannya secara terbuka. Saat mengungkapkan sesuatu, terkadang aku tidak bisa mengungkapkannya secara benar. Apa yang diucapkan terkadang bisa berbeda jauh dengan apa yang dipikirkan. Walaupun demikian aku bisa mengungkapkan semua pikiran dengan baik dan benar melalui tulisan. Menulis adalah suatu dunia di mana aku bisa mengekspresikan diri secara utuh.
Bagiku, menulis bukan hanya sekedar menuliskan kata-kata tanpa makna. Bukan pula tempat untuk melampiaskan emosi atau menyuarakan pendapat semata. Menulis memiliki makna yang jauh lebih mendalam dari itu semua.
Penulis tidak hanya sekedar menulis. Seorang penulis yang baik bisa menyampaikan sesuatu yang bersifat informatif, mendidik, serta membawa orang akhirnya pada sesuatu yang benar.
Aku hanya seorang pemula. Tidak pernah mempelajari mengenai dunia tulis-menulis secara khusus. Buku yang kumiliki mengenai dunia penulisan hanya sedikit. Mungkin sekitar satu atau dua buku. Walaupun tidak mempunyai pendidikan khusus dan membaca sedikit buku yang khusus membahas dunia ini, namun aku sangat suka membaca. Dari tulisan-tulisan orang aku belajar mengenai karakteristik khusus menulis. Percayalah setiap orang memiliki karakteristik khusus dalam menuangkan pemikiran dalam tulisan. Kamu bisa melihat kejadian yang sama namun memiliki pemikiran yang berbeda. Apabila pemikiran tersebut dituangkan dalam sebuah tulisan, akan menghasilkan suatu karya yang berbeda.
Setiap orang mampu menulis, namun tidak semua bisa menjadi seorang penulis yang baik. Penulis tidak sekedar menulis...

Thursday, July 29, 2010

Introduction : Gloria in Excelsis Deo

Ini bukan blog pertama yang aku tulis. Sebelumnya pernah menulis blog juga, tapi aku lupa email apa yang kugunakan (dulu punya 3 email) dan password.

Sebenarnya bingung ketika memilih nama blog yang ingin digunakan. Ingin sebuah nama yang berbeda dan unik. Awalnya ingin memakai bahasa Yahudi kalau tidak Yunani. Saat mencari, aku tidak menemukan kata yang tepat untuk digunakan. Aku menemukan sebuah kalimat yang bagus dalam bahasa Turki, namun aku tidak menggunakannya karena menurutku kalimat tersebut tidak terlalu bagus ketika dilafalkan. Dalam hal ini aku tidak menghina bahasa Yahuni, Yunani maupun Turki. Aku menyukai ketiga negara tersebut karena negara tersebut unik.

Akhirnya, aku menemukan sebuah kalimat yang bagus dalam bahasa Latin "Gloria in excelsis Deo". Awalnya aku tidak mau menggunakan kalimat tersebut karena kalimat tersebut sudah terlalu sering kudengar diucapkan oleh orang-orang. Apa istimewanya? Aku membaca kembali kalimat ini beserta artinya, entah mengapa hatiku berkata bahwa inilah judul blog yang harus aku gunakan.

Mari kita telusuri Gloria in excelsis deo ini dari wikipedia :
-->
"Gloria in excelsis Deo" berasal dari bahasa Latin yang berarti Glory to God in the highest – kemuliaan bagi Tuhan di tempat yang tertinggi. Ini adalah sebuah nyanyian pujian yang sekaligus dikenal sebagai Greater Doxology.
Menurut sejarah, nyanyian pujian ini dimulai dengan kata-kata para malaikat yang bernyanyi pada saat kelahiran Kristus disampaikan kepada para gembala pada Lukas 2:14. Syair lain kemudian ditambahkan sehingga membentuk doxology (sebuah nyanyian penyembahan singkat kepada Tuhan) yang pada abad keempat menjadi bagian dalam doa pagi, dan tetap digunakan sampai sekarang.
Gloria in excelsis deo dalam teks Yunani saat ini:
Δόξα Σοι τῷ δείξαντι τὸ φῶς.
Δόξα ἐν ὑψίστοις Θεῷ καὶ ἐπὶ γῆς εἰρήνη ἐν ἀνθρώποις εὐδοκία.
Ὑμνοῦμέν σε, εὐλογοῦμέν σε, προσκυνοῦμέν σε, δοξολογοῦμέν σε, εὐχαριστοῦμέν σοι, διὰ τὴν μεγάλην σου δόξαν.
Κύριε Βασιλεῦ, ἐπουράνιε Θεέ, Πάτερ παντοκράτορ, Κύριε Υἱὲ μονογενές, Ἰησοῦ Χριστέ, καὶ Ἅγιον Πνεῦμα.
Κύριε ὁ Θεός, ὁ ἀμνὸς τοῦ Θεοῦ, ὁ Υἱός τοῦ Πατρός, ὁ αἴρων τὴν ἁμαρτίαν τοῦ κόσμου, ἐλέησον ἡμᾶς, ὁ αἴρων τὰς ἁμαρτίας τοῦ κόσμου.
Πρόσδεξαι τὴν δέησιν ἡμῶν, ὁ καθήμενος ἐν δεξιᾷ τοῦ Πατρός, καὶ ἐλέησον ἡμᾶς.
Ὅτι σὺ εἶ μόνος Ἅγιος, σὺ εἶ μόνος Κύριος, Ἰησοῦς Χριστός, εἰς δόξαν Θεοῦ Πατρός. Ἀμήν.
Καθ' ἑκάστην ἡμέραν εὐλογήσω σε, καὶ αἰνέσω τὸ ὄνομά σου εἰς τὸν αἰῶνα καὶ εἰς τὸν αἰῶνα τοῦ αἰῶνος.
(Verses follow that vary according to whether the celebration is on a Sunday or a weekday.)
Glory to God in the highest and on earth peace, goodwill to all people.
We praise you, we bless you, we worship you, we glorify you, we give thanks to you for your great glory.
Lord, King, heavenly God, Father, almighty; Lord, the only‑begotten Son, Jesus Christ, and Holy Spirit.
Lord God, Lamb of God, Son of the Father who take away the sin of the world, have mercy on us, you who take away the sins of the world.
Receive our prayer, you who sit at the right hand of the Father, and have mercy on us.
For you only are holy, only you are Lord
Jesus Christ, to the glory of God the Father. Amen.
Each day we bless you, and we praise your name forever and to the ages of ages.
-->
Gloria in excelsis deo dalam teks Latin saat ini :
Glória in excélsis Deo
et in terra pax homínibus bonae voluntátis.
Laudámus te,
benedícimus te,
adorámus te,
glorificámus te,
grátias ágimus tibi propter magnam glóriam tuam,
Dómine Deus, Rex cæléstis,
Deus Pater omnípotens.
Dómine Fili Unigénite, Iesu Christe,
Dómine Deus, Agnus Dei, Fílius Patris,
qui tollis peccáta mundi, miserére nobis;
qui tollis peccáta mundi, súscipe deprecatiónem nostram.
Qui sedes ad déxteram Patris, miserére nobis.
Quóniam tu solus Sanctus, tu solus Dóminus, tu solus Altíssimus,
Iesu Christe, cum Sancto Spíritu: in glória Dei Patris. Amen.
Glory be to God on high.
And in earth peace towards men of good will.
We praise thee.
We bless thee.
We worship thee.
We glorify thee.
We give thanks to thee for thy great glory.
O Lord God, heavenly King
God the Father almighty.
O Lord, the only-begotten Son Jesus Christ.
O Lord God, Lamb of God, Son of the Father.
Thou that takest away the sins of the world, have mercy upon us.
Thou that takest away the sins of the world, receive our prayer.
Thou that sittest at the right of the Father, have mercy upon us.
For thou only art Holy. Thou only art the Lord. Thou only art the Most High.
Thou only, O Jesu Christ, with the Holy Ghost, art Most High in the glory of God the Father. Amen.

-->
Lama setelah kuberpikir mungkin pemilihan Gloria in excelsis deo sudah benar. Tuhan bisa memakai blog ini untuk sebagai suatu wadah untuk menyalurkan berkat bagi setiap orang yang membacanya. Blog ini pun bisa sekaligus menjadi wadah penyembahan bagi-Nya... “Gloria in excelsis deo”