Welcome...

Selamat datang di blog saya. Senang sekali ada yang mau berkunjung. Mencoba menjadi penulis yang baik. Menuliskan topik yang terjadi di sehari-hari berdasarkan pengalaman pribadi, lumayan panjang (walaupun capek mikir dan ngetik wakakaka...), inspiratif, informatif, dan tidak membosankan pembaca (karena saya males baca sebenarnya)... Semoga blog ini bermanfaat buat semua yang mampir. Terima kasih... :)

Monday, December 20, 2010

Lepaskan Lalu Buat Ulang

Masih ingat kan ceritaku mengenai Dua Benang Rajut yang pernah kuposting sebelumnya? Long long time ago, aku memang pernah belajar merajut. Saat merajut, seringkali aku merasa jengkel karena rajutanku tidak pernah rapi. Memang sih sewajarnya tidak rapi karena masih pemula. Kejengkelan itu kulampiaskan dengan membuka jalinan benang-benang wol yang telah kubuat.  Benang-benang wol tersebut kemudian kurajut ulang dengan tujuan supaya hasil rajutannya menjadi lebih rapi dari sebelumnya. Kenyataannya... (Kisah ini mungkin mirip dengan ilustrasi tentang Penjunan dan Tanah Liat)


Dari kisah di atas mari kita dapat belajar mengenai:


Kita seperti benang-benang wol itu. Ketika kita memberi hasil yang tidak baik, kita akan dikembalikan ke keadaan semula terlebih dahulu (menyadari diri kita lemah dan berserah). Seperti benang wol yang dirajut ulang, demikian pula kita dibentuk ulang oleh Tuhan melalui rangkaian peristiwa yang tidak mengenakkan hingga kita menjadi pribadi-pribadi yang luar biasa. Tampak sederhana bukan? Memang mudah kalau hanya sekedar berkata-kata. Namun kenyataannya tidak demikian. Kita bukan seperti benang wol yang merupakan benda mati. Pasrah. Mau diapakan saja boleh. Kita ini makhluk hidup yang memiliki kehendak. Coba kamu berada dalam kondisi seperti itu. Apakah kau akan berserah untuk dibentuk oleh Tuhan? Tidak. Hampir sebagian besar dari kita akan mengandalkan kekuatan kita. Mengandalkan otak kita yang pintar. Pengalaman kita yang banyak. Mungkin juga koneksi yang kita punya. Mengandalkan dan berserah pada Tuhan? Ow... Tunggu dulu. Tuhan menjadi pilihan terakhir apabila segala usaha tidak lagi berhasil. Atau mungkin kita terlalu sombong mengakui bahwa kita telah kalah hingga sama sekali tidak mau berbalik dari jalan kita yang sesat?


Aku pernah menerima sebuah jawaban dari seorang teman yang sangat baik mengenai pertanyaan. "Bagaimana supaya kita menjadi pribadi yang menyenangkan Tuhan?"


  1. Humble. Benar sekali. Kerendahan hati diperlukan agar kita menyadari bahwa kita ini manusia berdosa. Makhluk yang lemah dan bodoh. Lebih bodoh dari keledai. Keledai saja tidak jatuh dalam lubang yang sama namun kita jatuh dalam dosa yang sama berulang-ulang kali. Ketika kita sudah menyadari bahwa kita tak bisa apa, kita harus berserah pada Tuhan untuk mau dibentuk.  
  2. Teachable. Proses pembentukan itu tidak akan dapat berjalan apabila kita tidak mau diajar dan belajar. Mengapa diajar dan belajar? Mengapa tidak diajar atau belajar saja? Mari kita lihat ilustrasi ini... Kita tentu pernah mengikuti sebuah kuliah bukan? Pernahkah mahasiswa hadir semuanya(lengkap)? Tidak. Ada mahasiswa yang malas dan ada mahasiswa yang rajin. Bagaimana bisa menangkap pelajaran klo tidak mau diajar? Dalam satu kelas, apakah setiap orang akan menangkap jumlah materi yang sama? Tidak. Mungkin ada yang menangkap pelajaran 80 persen, 50 persen, bahkan mungkin ada yang tidak menangkap sama sekali. Itu terjadi karena tidak semua murid mau belajar alias memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Contoh yang lain dalam ujian. Apakah semua murid akan mendapatkan nilai yang sama? Semuanya dapat 100 atau semuanya dapat 60? Tidak. Mengapa terjadi perbedaan nilai yang bervariasi? Karena saat belajar tidak semuanya sungguh-sungguh belajar. Seperti itulah yang terjadi. Tidak semuanya orang yang mau diajar sungguh-sungguh mau belajar. Karena itulah tingkat pertumbuhan rohani setiap orang berbeda.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita rendah hati sehingga mau diajar dan belajar? Kalaupun mau diajar, apakah kita sungguh-sungguh mau belajar?

  

Sunday, December 19, 2010

Too Much Love Will Kill You (In The End)

Beberapa hari ini aku sering banget minum green tea. Hal itu bermula dari keisengan pada suatu suatu siang yang panas di kantin sebuah rumah sakit. Saat itu pengen saja merasakan bagaimana rasa green tea botol yang sering banget diminum oleh seorang teman. Ya jadinya pada hari itu aku minumlah green tea botol tersebut. Ntah kenapa rasa green tea tersebut sesuai dengan seleraku. Besoknya aku minum green tea lagi tapi kali ini green tea ditambah madu. Dan keesokan harinya, keesokan harinya lagi hingga sekarang setiap hati aku pasti minum green tea paling tidak sebotol sehari.

Berbicara mengenai addicted, aku teringat akan pasien-pasien di stase interna kemarin. Hampir sebagian besar dari mereka menderita Diabetes Melitus. Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein hasil dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Penyakit ini sangat jahat karena dapat menimbulkan komplikasi baik itu mikrovaskular maupun makrovaskular yang secara perlahan akan menimbulkan kematian tanpa disadari oleh panderitanya. Kenyataan itulah yang aku lihat selama menjalani stase interna. Banyak dari penderita diabetes itu harus mengkonsumsi obat untuk mengatur kadar gula darah mereka karena ketika mereka didiagnosa diabetes, kondisi mereka sudah memburuk.


Lalu apa hubungan antara kecanduan minum green tea, diabetes, dan judul postingan ini?

Hari ini bersama dengan teman-teman, aku melakukan pelayanan kesehatan di Teluk Naga. Di mobil sewaktu berada dalam perjalanan, kami mendengarkan lagu dari ponselku. Aku memperdengarkan lagu yang berjudul Too Much Love Will Kill You karena menurutku lagu tersebut cukup unik. "Terlalu banyak cinta akan membunuhmu"

Green tea membuatku kecanduan, makanan/minuman manis membuat pasien-pasien ketagihan. Ketika aku berpikir soal kecanduan, aku teringat akan dosa. Ya dosa itu nikmat. Dosa itu menyukakan hati. Dosa itu membuat kita kecanduan. Dosa mengikat kita. Dia terus-menerus menggoda kita. Setidaknya itulah yang aku alami saat ini. Aku sms seorang teman begini. "Keledai saja tidak akan jatuh dalam lubang yang sama. Namun aku jatuh dalam dosa yang sama berkali-kali. Ya ternyata aku lebih bodoh dari keledai."


Setiap hal yang berlebihan itu tidak baik. Cinta yang berlebihan bisa membunuhmu perlahan-lahan dengan kecemburuan yang tidak rasional. Berpikir tentang suatu hal yang sebenarnya tidak terjadi. Selain itu dosa yang berlebihan alias mengulang-ulangi dosa terus-menerus tidak baik. Kristus telah mati bagi aku. Bagi kita semua. Aku merasa menyia-nyiakan keselamatan itu dengan jatuh ke dalam dosa terus-menerus. Lagi belajar dan berjuang untuk keluar dari dosa-dosa yang belum diselesaikan. Berharap setiap orang yang membaca tulisan ini boleh kembali merenungkan betapa besar kasih Allah buat kita sehingga Kristus mau mati buat kita ketika kita masih berdosa.

Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Roma 5:6-8

Tuhan Yesus memberkati...

Friday, December 17, 2010

Kesan Penonton

Sudah dua hari ini aku nonton film berturut-turut. Salah satu film yang aku tonton itu The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader. Dari film itu, aku menangkap beberapa pelajaran berharga di dalamnya. Berikut ini aku akan membagikan beberapa pelajaran penting yang aku dapat.
  1. Ketidakpercayaan Eustace ketika melihat seekor tikus yakni Reepicheep dapat berbicara seperti manusia.Eustace berpikir apakah saat ini dia sedang bermimpi? Ketika menyaksikan adegan itu, aku sepertinya dihadapkan pada suatu peristiwa penting di dalam Alkitab. Masih ingat peristiwa "Yesus Menampakkan Diri Kepada Tomas" - Yohanes 20:24-28? Terkadang kita seperti Tomas, kita meragukan mengenai Tuhan kita Yesus Kristus. Kita meragukan banyak hal. Kita meragukan apakah Dia sungguh-sungguh bangkit? Kita meragukan bahwa Dia Tuhan. Kita meragukan kasih penyertaan-Nya. Kita meragukan kuasa-Nya, bahwa Dia berkuasa atas segalanya. Mengapa kita mesti ragu? Dia benar-benar adalah Tuhan kok. (Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat-Ibrani 11:1).
  2. Juga ada adegan dimana Eustace didorong oleh Reepicheep untuk terus maju ketika menghadapi masalah. Dari sana aku belajar tentang keberanian untuk menghadapi masalah bukan lari dari masalah. Aku selalu suka dengan Reepicheep karena dia selalu optimis, mengambil hal postif dari setiap ketidakberuntungan yang terjadi, yang paling penting dia sangat percaya dan mau berjuang untuk Narnia, untuk Aslan.
  3. Ketika sampai ke adegan Lucy yang sangat ingin menjadi cantik seperti Susan, aku teringat pada seseorang dan make up. Seperti halnya Lucy, seseorang ini menganggap make up itu sangat penting untuk membuat cantik. Ketika Lucy sudah bersentuhan dengan make up atau apapun itu, dia kehilangan identitasnya. Dia berubah menjadi orang lain (Susan). Banyak yang mengkritik C.S. Lewis karena menganggap dia anti terhadap perempuan. Kritik itu muncul karena Susan tidak dapat lagi masuk ke Narnia karena telah mengenal lipstik, dll. Menurutku, maksud C.S. Lewis bukan seperti itu. Menurut aku, maksud C.S. Lewis itu Susan sudah tidak benar-benar murni lagi hatinya. Hatinya telah terbagi dengan hal-hal lain (lipstik dll). Dari sini kita dapat belajar bahwa kecantikan itu bukan polesan bedak di wajah atau lipstik di bibir kita, namun kecantikan itu apa yang berasal dari hati kita. Kita juga dapat belajar bahwa untuk berkenan kepada Allah, hati kita harus benar-benar murni. Kita harus punya hati seperti seorang anak kecil (Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub." Mazmur 24:3-6)
  4. Sampailah kita pada adegan terakhir di mana semuanya bertemu dengan Aslan. Di mana mereka akan ke dunianya Aslan. Di sini kita dapat melihat bahwa Caspian menolak ke dunia Aslan karena tidak bisa meninggalkan rakyatnya. Begitupula dengan Edmund, Lucy, dan Eustace, mereka pun menolak untuk pergi. Dari semuanya hanya Reepicheep yang bersedia pergi. Ketika pergi, Reepicheep meninggalkan pedangnya karena beranggap pedang sudah tidak diperlukan lagi di dunia Aslan. Dari sini kita dapat belajar bahwa jika Allah memintamu untuk melepaskan semua hal yang kamu miliki untuk mengikuti Dia, apakah kamu akan melepaskannya? Di sini kita melihat bahwa Caspian, Edmund, Eustace dan Lucy tidak dapat pergi. Kita juga melihat bahwa Aslan menghormati pilihan mereka. Begitu juga Allah, Dia menghormati apapun pilihan kita dan apapun pilihan kita itu haruslah kita jalankan dengan sebaik-baiknya. Kita juga dapat belajar dari Reepicheep, ketika dia mengikuti Aslan ke dunianya, dia melepaskan pedangnya padahal pedangnya adalah kebanggaannya. Begitu juga kita, ketika kita mengikuti Allah, kita harus melepaskan semua kebanggaan kita. Bukan hanya itu, aku mengambil kesimpulan bahwa Reepicheep menganggap pedang itu tidak perlu karena dia yakin bahwa di dunia Aslan pedangnya sudah tidak diperlukan lagi. Di dunia Aslan tidak ada yang namanya perang, yang ada hanya kedamaian.
Pertanyaan penting yang aku renungkan ketika selesai menonton film ini. "Siapkah aku ikut Tuhan?"

Monday, December 6, 2010

Lanjutan Percakapan Di Bis

Aku ingat pembicaraan mengenai topik pasangan hidup yang begitu semangat diperbincangkan dalam bis menuju ke tempat retret beberapa waktu yang lalu. Pada waktu itu aku ditanya bagaimana pandanganku mengenai pasangan hidup. Kalau kau bertanya padaku mengenai kriteria pasangan hidup, aku membedakannya hanya menjadi 2 bagian yakni penting untuk dimiliki dan dimiliki bersyukur namun tak dimiliki pun tak mengapa. Sebenarnya aku ingin menambahkan lagi satu hal penting mengenai pasangan hidup namun aku lupa cerita mengenai yang selengkapnya mengenai “Pasangan Dari Tuhan”. Hari ini entah mengapa aku tergerak untuk mencari tulisan mengenai “Pasangan Dari Tuhan” itu dari internet.

Pasangan Dari Tuhan

Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup, “Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya”, Tuhan menjawab. Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan. Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam pasanganku.

Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku,” Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan. ” Aku bertanya, “Mengapa Tuhan?” dan Ia menjawab, ” Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar.” ” Aku bertanya lagi, “Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?” ” Jawab Tuhan, “Aku akan menjelaskannya kepada-Mu, Adalah suatu ketidak adilan dan ketidak benaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak…”

Kemudian Ia berkata kepadaku, “Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu.

Pernikahan adalah seperti sekolah – suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu.”

Tulisan tersebut mengajarkanku suatu hal yang penting. Kebanyakan dari kita sibuk membuat daftar kriteria pasangan hidup yang kita inginkan namun jangan egois, pernahkah membuat daftar kriteria hal-hal apa yang harus kau miliki untuk menjadi orang yang tepat bagi pasanganmu?