Welcome...

Selamat datang di blog saya. Senang sekali ada yang mau berkunjung. Mencoba menjadi penulis yang baik. Menuliskan topik yang terjadi di sehari-hari berdasarkan pengalaman pribadi, lumayan panjang (walaupun capek mikir dan ngetik wakakaka...), inspiratif, informatif, dan tidak membosankan pembaca (karena saya males baca sebenarnya)... Semoga blog ini bermanfaat buat semua yang mampir. Terima kasih... :)

Tuesday, January 22, 2013

Di Balik Masa Depan Suram Selalu Ada Pengharapan

Hahaha... Izinkan aku tertawa lebih dulu...

Judul post kali ini berhubungan erat dengan pembicaraan whatsapp dengan seorang teman beberapa jam lalu. Awalnya sih aku ngucapin selamat natal dan tahun baru buat seorang teman yang dulu satu kelompok di stase bedah (ga usah disebut namanya karena mungkin yang baca pun tidak kenal). Setelah sebulan lebih baru dia balas. Alasannya sih karena baru aktifin/ol di whatsapp lagi. Dari sana pembicaraan beralih arah menjadi ngalor-ngidul ga jelas. Hahaha... Lalu aku main langsung tembak saja nanya soal lowongan kerja. Terus terang saat ini aku bergumul soal masalah kerjaan (bukan bergumul soal pasangan hidup lho yah. hahahaha...) karena setelah di beberapa tempat kerja aku merasa kecewa. Tempat kerja pertama aku merasa dimanfaatkan dengan menjual gelar "dokter" yang aku miliki. Tempat kerja kedua aku bekerja tapi sudah dua kali belum dibayar. Akhirnya aku memutuskan keluar dari kedua tempat tersebut. Jujur aku kecewa sekali dengan kondisi ini lebih tepatnya kondisi yang aku alami sekarang ini. Hahaha... Nah dari pembicaraan ini berlanjutlah pada pembicaraan mengenai banyak hal sehingga dia memunculkan istilah "masa depan suram".

Pernahkah mengalami kekecewaan? Pernahkah merasa hidup dengan sia-sia? Pernahkah merasa diri tidak berguna? Pernahkah merasa ingin mati saja? Secara jujur aku katakan, "Aku pernah. Aku pernah berpikir ekstrim ingin bunuh diri. Aku pernah berpikir ekstrim mau menjual kehormatan demi mendapatkan materi dengan cepat. Aku pernah berpikir menjual integritas. Bahkan pernah berpikir mau menjual jiwaku pada setan karena menurutku Tuhan itu tidak ada, Tuhan itu sumber malapetaka. Apa saja mau kukorbankan demi sesuap nasi." Jika kalian pernah mengenalku mungkin akan kaget bahwa orang seperti aku yang kelihatannya kuat, secara kerohanian baik berpikir seperti itu. Tapi begitulah kenyataan hidup. Aku mengalami berbagai macam pengalaman. Bertemu dengan orang-orang yang menurutku munafik. Kelihatannya saja baik, ngakunya orang beragama, ngakunya cinta Tuhan tapi ternyata itu hanya tameng untuk mengejar kekuasaan, mengejar materi. Hahaha... Jadi di mataku terjadi generalisasi suatu pernyataan bahwa "Semua manusia itu jahat."

Pernah dengar istilah "Homo homini lupus" atau "manusia adalah serigala bagi sesamanya"? Begitulah manusia. Manusia seperti serigala yang memakan sesamanya sendiri. Manusia yang memanfaatkan sesamanya demi keuntungan pribadi. Manusia yang setelah memanfaatkan akan membuang sesamanya. Ketika sedang butuh kau akan dicari. Jika sudah tidak butuh kau akan dibuang (tentu saja setelah dikunyah-kunyah hingga habis dulu sebelumnya).

Halah... Kok malah tiba-tiba jadi curcol gini yah... Hahaha... Di tengah-tengah permasalahan hidup yang ada. Di tengah-tengah kepahitan hidup yang disimpan di dalam hati. Yang membuat aku tetap bertahan. Yang membuat aku tetap kuat. Adalah kenyataan bahwa Allah itu berdaulat atas hidup. Bahwa Dia mengasihi kita manusia yang hina, tidak layak dikasihi, tidak berguna, yang sering mengecewakan, yang menurutku lebih cepat dimusnahkan lebih baik.

Aku teringat akan ayat ini...

Karena masa depan itu sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang. Amsal 23:18

Jadi... Ketika kekecewaan, kepahitan hidup, kesulitan hidup atau apapun namanya melanda ingatlah akan ayat tersebut...

Allah kita sungguh berdaulat atas hidup karena itu masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang.

Aku mengakhiri tulisan ini dengan kalimat yang kukutip dari sebuah website, "Berperanglah bersama Tuhan. Kamu seorang prajurit bukan pecundang."

Soli Deo Gloria

Monday, January 14, 2013

Pantaskah Debu Marah Pada Tuan Yang Memberinya Nafas Kehidupan?

Seorang teman pernah bertanya padaku, "Apakah kamu marah pada Tuhan karena kesulitan yang kamu alami sekarang ini?"

Pantaskah sebuah kursi marah pada tukang kayu yang membuatnya?
Pantaskah sebuah tanah liat marah pada pengrajin yang membakarnya?
Pantaskah sebuah debu yang tidak berarti marah pada tuan yang memberinya nafas kehidupan?

Kursi tidak berhak marah pada tukang kayu yang membuatnya. Kayu yang tadinya tidak berguna di hutan telah ditebang dan dijadikan sebuah kursi yang berguna.

Tanah liat tidak berhak marah pada pengrajin yang membakarnya. Tanah liat yang tak berarti apa-apa telah dibakar untuk menjadikannya kuat, terukir indah dan berguna.

Debu yang tak berarti tidak pantas marah pada tuan yang memberinya nafas kehidupan. Debu yang tak berguna tertiup angin terbang entah ke mana, diinjak-injak tak berharga.

Manusia yang terbuat dari debu tanah yang hina, tak berguna, pantaskah marah pada Tuhan yang memberinya hidup, menjadikannya berharga lebih dari emas dan perak, dikasihi luar biasa?

Lalu aku menjawab, "Pantaskah aku marah? Kupikir tidak."

Bagaimana denganmu?

Terima Kasih Untuk Kasih-Mu (Aku Tahu Allah Cinta)

Aku bersyukur untuk setiap kesulitan hidup
Kesulitan membuatku kuat dan tahu pada siapa berharap
Aku bersyukur tidak punya simpanan yang cukup
Allah menyediakan dan itu lebih dari hidup

Aku bersyukur untuk setiap kelemahan
Aku tahu Bapa di surga bisa diandalkan
Aku bersyukur Allah memberi pengharapan
Ketika tak pasti akan masa depan

Imanuel, Allah beserta
Ketika yang lain meninggalkan
Untuk setiap airmata kesedihan
Aku tahu Allah cinta