Dulu sekali... Aku pernah mendengar kotbah yang menyatakan bahwa orang yang keras hati adalah orang yang mudah terharu dan menangis. Aku tidak pernah mengetahui kebenaran itu hingga aku mengalami peristiwa ini.
Hari ini, kami yang menjalani kepaniteraan klinik sedang ada presentasi kasus mengenai morbili. Konsulen yang menguji yang disebut "Mami" adalah seorang yang menurut kami semua amat sangat jahat. Dia selalu mencari-cari kesalahan dalam presentasi kasus kami. Kesalahan-kesalahan yang menurut kami tidaklah terlalu penting. Ditengah-tengah suasana yang tegang, tiba-tiba pintu ruangan dibuka lalu masuklah seorang perawat yang bekerja di bagian imunisasi KIA. Perawat tersebut lalu pamitan pada Mami karena dia akan pensiun. Ibu perawat itu sudah bekerja selama 35 tahun di rumah sakit dan menjadi bawahan Mami selama kurang lebih 28 tahun, kalau aku tidak salah ingat. Pada saat itu, aku melihat mata Mami berkaca-kaca. Dia menangis.
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit menuju ke kontrakan, aku memikirkan kejadian yang berlangsung tadi. Ya akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa memang benar apa yang dikatakan dalam kotbah, "Orang yang keras hati adalah orang yang mudah terharu dan menangis."
Mami, jika melihat sejarah perjalanan hidupnya, wajar saja jika dia menjadi keras hati. Tidak bisa mempunyai keturunan. Dikhianati oleh suami. Tidak dipedulikan oleh anak-anak yang diangkat dan dibesarkannya. Harus menghidupi saudara-saudaranya. Jika aku diperhadapkan pada kondisi sepertinya, mungkin aku tidak sanggup lagi. Ya... Diperlukan tekad yang kuat dan hati yang keras agar bisa terus hidup. Harus menjadi orang yang tegar agar tidak dikalahkan oleh kejamnya kehidupan.
Sejujurnya, aku membenci, mengagumi sekaligus kasihan pada Mami. Aku membenci sikapnya yang semena-mena. Aku benci dengan segala ketidakjelasan yang ada padanya. Aku kasihan karena hidupnya yang begitu sulit. Aku mengagumi ketegaran hatinya. Aku ingin menjadi seorang yang tegar sepertinya. Bukan orang yang cengeng. Bukan orang yang mudah menyerah pada kehidupan. Tapi aku tidak ingin menjadi jahat sepertinya. Hatinya penuh luka. Dia dokter yang sayangnya tidak dapat menyembuhkan luka hatinya dengan ilmu yang dimilikinya
No comments:
Post a Comment