Beberapa waktu yang lalu ketika menginap di rumah salah seorang teman, aku menonton sebuah acara di TV. Acara itu menayangkan iklan-iklan lucu dari mancanegara. Di antara iklan-iklan tersebut terdapat sebuah iklan yang berjudul "Gajah Selalu Ingat". Iklan itu menceritakan tentang seekor gajah kecil yang diusili seorang bocah di sebuah kebun binatang. Beberapa tahun kemudian, bocah tersebut telah menjadi seorang pria dewasa yang sedang menonton karnaval. Tiba-tiba pria dewasa tersebut ditendang oleh seekor gajah yang badannya besar. Oh... Rupanya gajah itu adalah gajah kecil yang dulu diusili.
Aku ingin coba kembali ke masa kira-kira 22 tahun yang lalu. Dua puluh dua tahun yang lalu, aku berusia empat tahun. Pada usia itulah untuk pertama aku bertemu dengan Allah. Mengapa aku sebut pertama kali? Alasannya sangat sederhana, kedua orangtuaku bukan Kristen karena itulah aku tidak pernah dididik secara Kristen. Aku bisa menceritakan tahun-tahun kehidupanku yang jatuh bangun. Suatu masa yang penuh pemberontakan terhadap Allah yang bagi konselor-konselor, guru Injil, pendeta, apapun sebutannya itu mungkin orang seperti aku sudah tidak berpengharapan lagi. Tapi syukurnya Allahku adalah Allah yang selalu ingat. Ketika aku sudah tidak berpengharapan lagi, Dia tetap ingat padaku.
Berbicara soal ingat, kemarin aku chatting dengan seorang teman. Aku memberitahukan pada teman tersebut bahwa hari ini ada teman kami yang berulangtahun. Teman tersebut mengatakan bukannya dia berulangtahun minggu depan? Aku jawab, "Bukan. Dia berulangtahun hari ini." Selanjutnya aku berkata pada teman tersebut, "Jangan bilang ultah pacarmu saja kamu lupa." Teman tersebut menjawab, "Tentu saja tidak dong."
Ingatan erat kaitannya dengan peristiwa yang telah terjadi. Mengingat sesuatu disebut memorize. Seorang dosen Biokimia pernah berkata pada suatu sesi kuliah mengenai cara membuat pelajaran Biokimia menjadi menarik yakni dengan mengingat peristiwa-peristiwa menarik atau penting yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Dosen Biokimia tersebut mungkin ada benarnya. Manusia memang mempunyai kecenderungan seperti itu. Mengingat hal-hal yang penting, mengingat hal-hal yang menarik bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan pun seringkali diingat. Jujur pada diri sendiri, kita sering lebih mengingat orang berlaku jahat pada kita ketimbang orang yang berbuat baik pada kita. Hal tersebut menjadi latar belakang kata, "balas dendam", bukankah seperti itu?
Topik ini jika dibahas akan panjang sekali dan sangat besar kemungkinan akan melebar ke mana-mana. Point yang sebenarnya ingin kuangkat adalah bagaimana "Forgive, Forgotten, and Move On". Aku juga ingin menyampaikan bahwa Allah itu baik adanya. Dia mungkin akan selalu ingat, tapi tidak seperti gajah tadi yang ingat karena ingin balas dendam. Allah itu selalu ingat pada kita walaupun kita seringkali lupa pada-Nya. Allah selalu ingat hal-hal yang baik yang ada pada diri kita. Bisakah kita juga seperti itu? Bisakah kita menyimpan semua ingatan yang baik mengenai sesama kita? Oh... Aku jujur masih bergumul mengenai hal tersebut karena aku ini seorang pendendam. Percayalah akan hal itu... Selamat berefleksi temans......
Aku ingin coba kembali ke masa kira-kira 22 tahun yang lalu. Dua puluh dua tahun yang lalu, aku berusia empat tahun. Pada usia itulah untuk pertama aku bertemu dengan Allah. Mengapa aku sebut pertama kali? Alasannya sangat sederhana, kedua orangtuaku bukan Kristen karena itulah aku tidak pernah dididik secara Kristen. Aku bisa menceritakan tahun-tahun kehidupanku yang jatuh bangun. Suatu masa yang penuh pemberontakan terhadap Allah yang bagi konselor-konselor, guru Injil, pendeta, apapun sebutannya itu mungkin orang seperti aku sudah tidak berpengharapan lagi. Tapi syukurnya Allahku adalah Allah yang selalu ingat. Ketika aku sudah tidak berpengharapan lagi, Dia tetap ingat padaku.
Berbicara soal ingat, kemarin aku chatting dengan seorang teman. Aku memberitahukan pada teman tersebut bahwa hari ini ada teman kami yang berulangtahun. Teman tersebut mengatakan bukannya dia berulangtahun minggu depan? Aku jawab, "Bukan. Dia berulangtahun hari ini." Selanjutnya aku berkata pada teman tersebut, "Jangan bilang ultah pacarmu saja kamu lupa." Teman tersebut menjawab, "Tentu saja tidak dong."
Ingatan erat kaitannya dengan peristiwa yang telah terjadi. Mengingat sesuatu disebut memorize. Seorang dosen Biokimia pernah berkata pada suatu sesi kuliah mengenai cara membuat pelajaran Biokimia menjadi menarik yakni dengan mengingat peristiwa-peristiwa menarik atau penting yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Dosen Biokimia tersebut mungkin ada benarnya. Manusia memang mempunyai kecenderungan seperti itu. Mengingat hal-hal yang penting, mengingat hal-hal yang menarik bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan pun seringkali diingat. Jujur pada diri sendiri, kita sering lebih mengingat orang berlaku jahat pada kita ketimbang orang yang berbuat baik pada kita. Hal tersebut menjadi latar belakang kata, "balas dendam", bukankah seperti itu?
Topik ini jika dibahas akan panjang sekali dan sangat besar kemungkinan akan melebar ke mana-mana. Point yang sebenarnya ingin kuangkat adalah bagaimana "Forgive, Forgotten, and Move On". Aku juga ingin menyampaikan bahwa Allah itu baik adanya. Dia mungkin akan selalu ingat, tapi tidak seperti gajah tadi yang ingat karena ingin balas dendam. Allah itu selalu ingat pada kita walaupun kita seringkali lupa pada-Nya. Allah selalu ingat hal-hal yang baik yang ada pada diri kita. Bisakah kita juga seperti itu? Bisakah kita menyimpan semua ingatan yang baik mengenai sesama kita? Oh... Aku jujur masih bergumul mengenai hal tersebut karena aku ini seorang pendendam. Percayalah akan hal itu... Selamat berefleksi temans......
No comments:
Post a Comment